
Teknologi Tepat Guna: Alternatif Peningkatan Nilai Tambah Produk Mangrove Bukan Kayu
Teknologi Tepat Guna: Alternatif Peningkatan Nilai Tambah Produk Mangrove Bukan Kayu
Hutan mangrove adalah jenis hutan yang dikembangkan di Kawasan pasang surut, seperti Pantai, muara sungai. Hutan ini sering ditemui pada kawasan pesisir yang tidak memiliki arus dan ombak yang besar. Awalnya, pengembangan hutan mangrove ditujuan untuk menjaga kawasan Pantai, tebing sungai yang sangat rentan terhadap abrasi. Pesisir Selatan Pulau Bali merupakan habitat yang cocok untuk pengembangan hutan Mangrove, selain di kawasan lainnya. Mangrove tidak semata-semata memiliki fungsi secara ekologis dan konservasi, tetapi juga memiliki berbagai fungsi atau dikenal dengan multi-fungsi bagi masyarakat di sekitarnya dan juga masyarakat di luar Kawasan mangrove. Secara umum, fungsi mangrove selain ekologis dan konservasi adalah fungsi produksi, sosial, ekonomis, wisata, pembangunan kawasan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu dalam upaya untuk meningkatkan fungsi ekologis dan konservasi, hutan mangrove juga harus dapat memberikan manfaat lainnya bagi warga masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti manfaat ekonomis melalui berbagai bentuk usaha. Diharapkan manfaat ekonomis tersebut akan menjadi motivasi dan insentif bagi penerima manfaat untuk menjaga kelestarian hutan mangrove sampai di masa mendatang. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat salah satu penyebab rusaknya hutan mangrove adalah tidak dirasakannya ada manffat yang diperoleh oleh warga masyarakat.
Dengan tumbuhnya dan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi pengolahan produk bukan kayu dari mangrove dapat dijadikan acuan untuk memperkenalkan teknologi tersebut kepada warga masyarakat agar mereka mengetahui, menyadari dan selanjutnya memiliki kapasitas serta keterampilan untuk melakukan pengolahan. Pengalaman di beberapa daerah, produk mangrove dapat diolah menjadi sabun, terutama produk dari mangrove dengan jenis tertentu, seperti Sonneratia yang bijinya sedikit. Pemerintah dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada warga untuk dapat menerapkan teknologi tersebut sehingga menghasilkan nilai tambah bagi mereka. Selain itu, buah mangrove juga dapat digunakan sebagai produk olahan seperti keripik atau kue kering karena buahnya mengandung bahan tepung. Teknologi pengolahannya juga memerlukan adanya trambahan rasa sehingga memiliki varian yang menjadi daya Tarik bagi konsumen.
Bahkan produk mangrove juga bisa dijadikan bahan untuk pembuatan sirup yang memiliki aroma khusus, yaitu harum. Atau dengan kata lain, produk mangrove bukan kayu pasti dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi atau nilai tambah jika disediakan teknologi pengolahannya dalam skala rumah tangga atau industri kecil. Terlebih lagi pemerintah juga telah memperkenalkan teknologi pengolahan produk mangrove sebagai bahan pewarna batik yang tentunya memiliki ciri khas atau kekhususan dan memberikan nilai tambah yang tinggi terhadap batik yang diproduksinya. Pengenalan dan penerapan teknologi pengolahan tersebut harus disertai dengan kegitan pendampingan yang intensif guna dapat memandirikan warga masyarakat dalam melakukan usahanya, sehingga secara paralel pelestarian hutan mnagrove dapat terwujud seiring dengan penambahan pendapatan warga masyarakat.
Penulis
Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA
Berita ini pernah terbit pada laman sunarpos.com