Oleh: Ni Luh Gede Mei Sri Wahyuni
Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Universitas Dwijendra
Opini | Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia suatu negara, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu kunci utama untuk mengurangi pengangguran, pendidikan memiliki fungsi strategis dalam membekali individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan di dunia kerja. Namun, meskipun pendidikan sering dianggap sebagai solusi utama untuk pengangguran, tantangan seperti ketidaksesuaian keterampilan lulusan dengan kebutuhan pasar kerja, kesenjangan kualitas pendidikan, dan ketimpangan akses pendidikan membuat masalah ini tetap kompleks.
Secara umum, pendidikan bertujuan untuk mencetak individu yang mampu berkontribusi dalam pembangunan, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya. Dalam konteks dunia kerja, pendidikan diharapkan mampu mempersiapkan individu agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Di Indonesia, pendidikan formal dibagi menjadi tiga jenjang utama: pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Setiap tingkat pendidikan memainkan peran unik dalam membentuk angkatan kerja. Namun kenyataannya, lulusan dari semua jenjang pendidikan tidak selalu mempunyai peluang yang sama untuk memasuki dunia kerja. Misalnya, pekerja yang berpendidikan rendah seringkali hanya bisa mendapatkan pekerjaan di sektor informal. Sektor ini menyerap banyak tenaga kerja, seringkali menawarkan upah rendah dan kondisi kerja yang tidak menentu. Di sisi lain, lulusan universitas yang diharapkan memiliki talenta tinggi justru menghadapi kesulitan dalam pengangguran karena kualifikasi yang berlebihan dan kurangnya keterampilan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi sistem pendidikan di Indonesia adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini dikenal dengan istilah skills mismatch. Di satu sisi, kurikulum pendidikan formal sering kali belum selaras dengan perkembangan dunia kerja yang dinamis. Banyak institusi pendidikan yang masih mengutamakan pembelajaran teoretis, sementara dunia kerja membutuhkan keterampilan praktis. Ketidaksesuaian ini membuat lulusan perguruan tinggi sulit bersaing, meskipun mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 dan perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap dunia kerja secara signifikan. Meskipun banyak pekerjaan tradisional secara bertahap digantikan oleh teknologi, permintaan akan pekerja dengan keterampilan di bidang teknologi informasi, analisis data, dan inovasi terus meningkat. Sayangnya, sistem pendidikan Indonesia masih tertinggal dalam menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan tersebut.
Bagi mereka yang hanya mengenyam pendidikan dasar atau menengah, peluang untuk mendapatkan pekerjaan formal menjadi semakin terbatas. Mereka biasanya tidak memiliki keterampilan teknis atau profesional yang dibutuhkan dalam dunia kerja modern. Oleh karena itu, mereka lebih cenderung bekerja di sektor informal, seperti pekerja tidak tetap, pemilik usaha kecil, dan pekerja tidak tetap tanpa asuransi sosial. Permasalahan ini semakin diperparah dengan kesenjangan akses terhadap pendidikan antara perkotaan dan perdesaan. Di banyak daerah terpencil, akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai masih sulit. Kurangnya guru yang berkualitas, kurangnya infrastruktur, dan kendala ekonomi masyarakat menjadi faktor utama yang menghambat anak-anak di wilayah tersebut mendapatkan pendidikan yang layak. Ketimpangan ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus. Tanpa pendidikan yang memadai, individu di daerah terpencil tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk memasuki pasar kerja formal, sehingga mereka tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.
Pendidikan tinggi seharusnya menjadi sarana utama untuk menghasilkan tenaga kerja terampil. Namun, lulusan universitas Indonesia juga menghadapi tantangan signifikan saat memasuki pasar kerja. Salah satu masalah utama adalah kesenjangan antara jumlah lulusan dan jumlah pekerjaan yang tersedia. Setiap tahun, ribuan lulusan perguruan tinggi memasuki pasar kerja. Akan tetapi, peningkatan lapangan kerja penuh waktu tidak disertai dengan peningkatan jumlah lulusan. Artinya, banyak lulusan yang harus bekerja di bidang yang tidak sepadan dengan pelatihannya, atau bahkan menjadi pengangguran.
Apalagi lulusan perguruan tinggi kerap menghadapi fenomena overkualifikasi. Banyak dari mereka memiliki kualifikasi lebih tinggi daripada yang dibutuhkan untuk posisi terbuka tersebut. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan di kalangan lulusan dan meningkatkan angka pengangguran di Indonesia.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan reformasi sistem pendidikan yang menyeluruh. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengangguran melalui pendidikan:
- Penyesuaian Kurikulum pendidikan harus lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Institusi pendidikan perlu mengintegrasikan keterampilan praktis ke dalam program pembelajaran, termasuk kemampuan teknologi, komunikasi, dan pemecahan masalah.
- Pendidikan kejuruan atau vokasional dapat menjadi solusi efektif untuk menciptakan tenaga kerja yang siap pakai. Pendidikan jenis ini menawarkan pelatihan yang fokus pada keterampilan teknis tertentu, seperti mekanik, teknologi informasi, dan manajemen usaha.
- Kemitraan antara sekolah, universitas, dan dunia usaha sangat penting untuk menciptakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Program magang, pelatihan di tempat kerja, dan proyek kolaboratif dapat membantu mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis sebelum memasuki dunia kerja.
- Program pelatihan tambahan dan sertifikasi profesional dapat membantu tenaga kerja yang ingin meningkatkan keterampilan mereka. Langkah ini juga dapat membantu pekerja yang ingin beralih ke sektor pekerjaan yang lebih modern.
- Pemerintah perlu memastikan bahwa akses pendidikan berkualitas tersedia bagi seluruh masyarakat, termasuk di daerah terpencil. Penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai, peningkatan kualitas guru, dan subsidi pendidikan dapat menjadi langkah awal untuk mencapai hal ini.
Berita ini pernah terbit pada laman sunarposl.com