Rektor Dwijendra Berbicara Tentang Subak Di Nagoya University, Tokyo-Jepang

 Sebagai tindak lanjut kerjasama antara Faculty of Social Sciences, Waseda University, Tokyo dengan Fakultas Pertanian dan Bisnis, Dwijendra University, Rektor Dwijendra, Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA. diundang sebagai keynote speaker dalam International Symposium, yaitu Global Asia Research Center Symposium yang diselenggarakan oleh Waseda University di Tokyo, 27 Januari 2024.
Dalam presentasinya yang subtemanya adalah Sustainability and Community Development, Sedana memaparkan keberadaan subak di Bali sebagai organisasi petani di lahan sawah harus dimaknai tidak hanya dalam aspek sosio-agraris-religius, tetapi dilihat dari berbagai dimensi sebagai suatu sistem irigasi tradisional. Kelestarian dan keberlanjutan subak sebagai sistem menjadi tanggung jawab kita bersama dan mengambil peran yang saling bersinergi dan terintegrasi. Subak sangat pasti tidak akan mampu melakukannya sendiri karena berbagai keterbatasannya, ungkap Sedana yang juga sebagai Ketua HKTI Bali. Oleh karena itu, Sedana yang juga sebagai penggiat subak mendorong terwujudnya kemitraan bisnis antara subak dengan pihak lain, seperti industri hulu dan industri hilir serta institusi lainnya. Pemerintah diharapkan dapat membangun iklim investasi yang kondusif bagi investor yang dapat membangun industri pertanian atau agroindustri di perdesaan. Di sisi lain, pemerintah dan perguruan tinggi ringgi, pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) dapat melakukan kolaborasi di dalam memperkuat kapasitas para petani dan subak untuk membangun kemitraan bisnis pertanian, khususnya bisnis perpadian dan perberasan. Salah satu kekuatan yang dimiliki subak adalah adanya modal sosial sebagai local wisdom yang bermanfaat dalam mendukung penyelenggaraan kemitraan bisnis dimaksud, imbuh Sedana yang juga sebagai dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis. Dengan adanya kemitraan tersebut, subak akan memperoleh peningkatan pendapatan melalui unit ekonomis subak, harga output, nilai tambah yang diperolehnya. Atau dengan kata lain, peningkatan pendapatan tersebut menjadi insentif ekonomi untuk semakin menumbuhkan dan memperkuat motivasi para petani dan subak untuk semakin intensif berusahatani.

Peserta symposium memberikan komentar terhadap resiliensi subak dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehubungan dengan pembangunan ekonomi, kepariwisataan di Bali yang berdampak terhadap pemanfaatan air irigasi, alih fungsi lahan dan kesejahteraan para petani. Di akhir presentasinya, Sedana mengungkapkan bahwa Dwijendra University merupakan salah satu perguruan tinggi yang berkomitmen unruk menjaga, memperkuat dan mengembangkan budaya, di antaranya budaya pertanian subak melalui Pusat Studi Subak yang dikoordinasikan oleh Fakultas Pertanian dan Bisnis.

Berita ini pernah terbit pada laman sunarpos.com